Advertisement

Responsive Advertisement

Semoga yang disemogakan Tersemogakan


Awal perjumpaan kita begitu sederhana, bahkan meskipun tahun-tahun telah berlalu, aku masih mengingatnya dengan jelas, masih sangat jelas, saat pertama kali kita bertemu tanpa sepatah katapun, karena aku diperlihatkan pada sosok istimewa yang mengajakku untuk berpikir bahwa bidadari itu ada, dia tepat di depanku.
Bumi seakan berhenti berputar sejenak saat sosok itu ditemukan oleh kedua bola mataku.
Aku terpaku, diam membisu seribu bahasa, hingga ketika bumi kembali berputar aku telah kehilangan sosok istimewa itu ditengah kerumunan orang-orang.
Kepergianmu menyisahkan rasa penasaran, mungkinkah bidadari itu telah kembali ke khayangan tempat darimana ia berasal? aku rasa aku telah membuat kesalahan besar dengan tidak mengajakmu berkenalan.

Setelah perjumpaan sederhana itu, hari-hariku dipenuhi dengan rasa penasaran, dan percikan rindupun perlahan timbul, sepertinya kini aku tidak bisa mengelak lagi, hatiku sudah ada dalam genggamanmu.
Aku selalu menemukanmu dalam setiap langkahku, wajahmu seakan kutemukan disetiap sudut bumi, pikiranku benar-benar dikacaukan oleh sosok istimewa yang berlari dalam memori ingatanku setiap detiknya. Aku kemudian memberanikan diri menelusuri siapakah sosok istimewa itu yang datang sebagai bidadari.

Diujung penelusuranku, kutemukan kenyataan yang membuyarkan segala semangatku. Rupanya bidadari yang selama ini hilang tidak kembali ke khayangan, Ia sedang tersenyum bahagia bersama pangeran yang lain.
Kali ini dunia kembali berhenti berputar, pikiranku kosong tak bertuan, hatiku seakan kehilangan kemampuan "merasanya", akalku kebingungan merasionalkan apa yang kutemukan.
Namun senyuman itu menyadarkanku, bahwa bidadari itu bahagia dengan dunianya. Aku tidak lagi menginginkan apapun, yang kuinginkan sudah ku dapatkan, melihat wajah itu tersenyum bahagia, meskipun bahagia itu diberikan oleh orang lain.
Pada akhirnya aku hanya kalah cepat bukan kalah tepat.

Akupun kembali ke rutinitasku melawan rasa yang tak terucapkan, melanjutkan hidup dengan mencari kesibukan sembari berharap semoga kamu tetap bahagia sama seperti apa yang kulihat dan apa yang kudengar.
Sampai saat dimana aku berhasil meredam perasaanku kita hanyalah orang asing yang sedang menjalani kehidupannya masing-masing, meskipun terkadang rasa penasaran tentangmu datang menghantui, namun kuteguhkan hati bahwa kamu baik-baik saja.

Hari berganti hari, bulan datang dan pergi, banyak hal yang sudah terlewatkan, aku menyusuri jalanku dan kamupun demikian.
Tapi pada akhirnya takdir mempertemukan kita diujung perjalanan kita.
Takdir seakan mengatakan bahwa kamu adalah sekarangku dan semua dari hari esokku. Selain dari itu mereka hanyalah kemarinku yang datang untuk mengajarkanku tentang arti hidup.

Perkenalan kita pun dimulai setelah bertahun-tahun sejak perjumpaan kita kala itu. Perbincangan hangatpun mulai dibangun, dan dari setiap kata yang terucap dari bibirmu kutemukan seribu cinta yang menghidupkan kembali rasa yang hampir mati dibunuh waktu. Aku mulai menyadari bahwa doaku sudah dijawab oleh Dia sang Mahacinta, Dia yang menciptakan kita, Dia yang membawamu padaku.

Aku tidak ingin yang lain, karena yang kucari sudah kutemukan, dan yang kusemogakan sudah dikabulkan. Hatiku yang dulu tanpa teman kini sudah menemukan sahabatnya.
Ya kini aku milikmu, dan kamu milikku. Kamu akan tetap senantiasa menjadi topik hangat dari obrolan kecilku dengan Tuhan disetiap doaku.

Meskipun kita berasa dari dua dunia yang berbeda, aku percaya bahwa jika kamu adalah takdirku, maka seberapa besar perbedaan itu, dia akan tetap tunduk dihadapan takdir.
Jika dulu aku sendiri dengan semogaku dan kamupun sendiri dengan semogamu, kini kita berharap pada semoga yang sama.
"Ya semoga kelak kamu adalah wajah pertama yang kulihat saat membuka mata disetiap pagi, dan wajah terakhir yang kupandangi sebelum menutup mata dimalam hari,  begitupun sebaliknya".

Dan pada akhirnya, semoga yang disemogakan tersemogakan.

Post a Comment

7 Comments