Ikatan Mahasiswa Pelajar Insana atau disingkat IMAPI merupakan organisasi kemahasiswaan local yang menghimpun seluruh mahasiswa asal Insana, Kabupaten TTU yang sedang mengenyam perkuliahan di Kota Kupang, karena letak yang berada dikota Kupang, maka ditambahkan Kupang pada bagian belakangnya sehinngga menjadi IMAPI Kupang.
Upaya untuk menghimpun mahasiswa asal Insana yang berada di kota Kupang sejatinya mulai terbentuk sejak tahun 1980-an yang diprakarsai oleh bapak Antonius Timo. Saat itu masih dengan nama Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Insana (PPMI), tapi dalam perjalanannya mengalami kefakuman. Kemudian pada tahun 1998 berganti nama menjadi Ikatan Mahasiswa Pelajar Insana (IMAPI) Kupang yang disponsori oleh Unu Yohanes Balun. Namun untuk kedua kalinya IMAPI kembali mengalami kefakuman selama beberapa tahun hingga pada tahun 2009 IMAPI Kupang kembali menunujukan eksistensinya di bawah koordinir unu Agustinus Natun.
…………………….
Setiap organisasi tentunya dibentuk dengan niat yang mulia, untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan golongan ataupun individu-individu tertentu. Sama halnya dengan IMAPI Kupang yang dibentuk dengan tujuan mulia bahwasannya perlu dibangun persaudaraan yang erat, keharmonisan kekeluargaan yang harus tetap terpelihara bukan hanya di kampung halaman melainkan tetap terjaga di kota karang.
IMAPI Kupang ibarat sebuah rumah, yang mana untuk membangun sebuah rumah tidaklah semudah membalikan talapak tangan. Tetesan keringat dan air mata, lelah yang tak terhitung senantiasa mengiringi pembangunan rumah kecil ini. Namun, karena kegigihan dan tekad mahasiswa yang kuat saat itu, yang tidak kenal lelah, tidak kenal hujan ataupun badai, rumah kecil nan megah ini akhirnya berdiri kokoh di kota kupang.
Rumah ( PPMI Kupang) ini awalnya dibangun dengan membuat fondasi persaudaraan yang kuat dan penuh kesolidan, lalu tiang-tiang semangat sebagai penyokong, dinding-dinding optimisme sebagai tameng dari kerasnya masa orba, dan pada akhirnya diatap dengan kasih sayang, diwarnai dengan cinta dan pastinya atas ijin yang Mahakuasa, yang menjadikan langit dan bumi, akhirnya rumah ini resmi didirikan pada tahun1980an.
Waktu terus berjalan, tahun-tahun pertama setelah terbentuk, rumah ini ibarat tak berpenghuni, tanpa aktivitas, yang kemudian mulai tidak terurus sehingga pada 31 Mei 1998 oleh kepala keluarga yang baru, rumah ini kemudian direnovasi, yang kemudian diberi nama IMAPI Kupang.
Hari berganti, tahun datang dan pergi, rumah tetaplah rumah, tidak akan yang kekal. Tiang-tiang semangat mulai goyah, dinding yang adalah perisai pelindung mulai rapuh, rumah yang diwarnai dengan cinta mulai memudar, atap yang dibuat dengan kasih sayangpun mulai bocor. Keadaan ini tentunya membuat kenyamanan untuk tetap tinggal mulai terganggu, satu persatu anggota yang dibesarkan dalam rumah kecil ini mulai mencari kenyamanan diluar sana hingga akhirnya rumah ini jadi tidak berpenghuni lagi selama bertahun- tahun lamanya.
Namun ada yang pernah mengatakan bahwasannya “sejauh apapun kaki melangkah, dan senyaman apapun kehidupan diluar sana, tempat paling indah dan nyaman untuk kembali adalah rumah sendiri”. Ya kata-kata ini terbukti benar. Pada tahun 2009, timbul kesadaran bahwa sejelek apapun rumah kita, rumah kita tetaplah rumah kita. Sehingga dibawah kepala keluarga yang baru, beliau mulai mengajak satu persatu anggota anggota keluarganya untuk kembali mengisi rumah yang sudah kosong sekian lamanya.
Keberadaan rumah ini kian terasa lengkap setelah lahir kader-kader yang dididik dan dibesarkan dengan harapan kelak akan berguna bagi bangsa dan Negara pada umumnya dan bagi kampung halaman (Insana) pada khususnya. Kehadiran kader-kader ini terbukti mampu mempertahankan eksistensi IMAPI kupang hingga sekarang. Sehingga terjawablah sudah bahwasannya ‘’apa yang dibangun dengan cinta maka akan tetap berdiri kokoh dalam keadaan dan situasi apapun’’.
IMAPI Kupang baru saja melewati 20 tahun usianya jika dikilas balik sejak 1998. 20 tahun tentunya adalah umur dimana sudah memasuki usia dewasa, umur dimana butuh pikiran-pikiran dewasa dalam menghadapinya. Pikiran-pikiran dalam memfilter arus globalisasi, pikiran-pikiran dalam menyikapi modernisme yang seakan merampok budaya kita.
Mari kita ada bukan hanya untuk menunjukan eksistensi kita tapi ada untuk mengutarakan esensi dari eksistensi kita sebagai organisasi kemahasiswaan.
Pantang meninggalkan organisasi dalam situasi dan kondisi apapun, karena itu adalah bentuk pengkhianatan terhadap organisasi. Lebih baik disini, Rumah kita sendiri.
Salam nekaf mese ansaof mese Tafen Pah Insana
0 Comments