Advertisement

Responsive Advertisement

Terima Kasih dan Maaf



Perjalanan kita telah tiba pada ujungnya. Ada beberapa hal yang memang harus selesai. Suka tidak suka, mau tidak mau, rela tidak rela. Beberapa hal memang tidak bisa kita paksakan, hati sekalipun. Meskipun begitu biarkan ujung perjalanan ini tetap memiliki harapan, semoga Mukjizat itu ada, semoga Mukjizat itu nyata. Biarlah harapan itu terus menjadi bunga tidur, agar kelak aku tetap ingat bahwa suatu ketika ditahun belasan yang terakhir abad dua puluh, aku pernah begitu mencintai salah satu hamba Tuhan, yang Tuhan ciptakan di seberang benteng tinggi itu. Bahwa suatu ketika di tahun belasan yang terakhir abad dua puluh aku pernah melewati perjalanan penuh perjuangan, melawan arus deras hingga dihempaskan ke tepian tanpa kompromi.
Pada akhirnya, biarlah kamu tetap menjadi pemilik seluruh ruang dalam relung hatiku, tenang saja, pemilik tidak harus tinggal.

Di tempat yang sama, tempat yang pernah menjadi saksi dua anak manusia duduk bertopengkan senyum, seolah bahagia padahal kepala dipenuhi kekhawatiran, takut apa yang akan terjadi besok, seakan tahu bahwa duduk bersama disini adalah sebuah kesalahan. Lalu sesuatu yang berawal dari sebuah kesalahan mungkinkah akan bermuara pada kebaikan? Mungkin iya, mungkin tidak. Siapa yang tahu.

Meskipun begitu, untuk rasa yang tak terbatas tak akan bertanya kenapa dan menyalahkan siapa, Setidaknya diantara perjumpaan dan selamat tinggal- Kita pernah mati-matian saling menjaga komitmen; mencoba bertahan ditengah derasnya gelombang ketidakmungkinan. Kita pernah punya mimpi; terbangun dihari tua dan wajahmu adalah wajah pertama yang kulihat begitupun sebaliknya. Pernah punya cerita; saling tersenyum saat pertama kali bertemu, saat kita duduk di tepian senja, saat jemari kita saling menggenggam dan seakan tak ingin melepas, saat kita saling mengkhawatirkan, saat kita dipisahkan jarak dan berusaha untuk bertahan, saat kita saling mengingatkan untuk mengingat satu sama lain, saat kita menjadi jarang berbincang hingga akhirnya semakin menghilang. Kita pernah punya perjuangan;  mematahkan banyak hati demi satu hati yang bahkan sudah sangat rapuh.
Apa yang pernah kita punya sangat berharga, tidak ada yang bisa mengubah itu, bahkan waktu sekalipun.

Pelajaran tentang hidup tidak akan pernah berhenti saat kita berhenti bergandengan. Tapi sebaliknya. Kelak atau mungkin sudah kau temukan hati yang Tuhan ciptakan hanya untuk kau miliki seutuhnya. Semoga hati itu lebih tulus dari hatiku, lebih tahu banyak pengetahuan tentang memberikanmu rasa aman dan bahagia. Kelak kita akan bertemu lagi dengan kisah yang lebih indah. Aku menantikan pertemuan itu. Saat kamu dengan senyum merekah di wajahmu menceritakan betapa kamu sangat bahagia menjalani harimu tanpaku. Aku menantikan hari itu.

Jangan lupa untuk terus bahagia. Nikmati setiap fajar yang menyapu bersih setiap mimpi burukmu, juga senja yang selalu menyiapkan mimpi indah untuk malammu. Kau dan aku telah bertransformasi menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Betapa telah banyak kita terbentur hingga terbentuk menjadi seperti kita yang sekarang ini. Bersyukurlah Tuhan pernah mempertemukan kita untuk saling belajar tentang apa itu cinta; saling menjaga, membimbing, mengarahkan, mempercayai hingga melepaskan dengan sukarela.

Kita terlampau indah, teramat sangat. Aku akan mengenangmu dengan sebaik-baiknya. Semoga kelak pelabuhan terakhir hatimu adalah dia yang mencintaimu melebihi apa yang sudah pernah ku lakukan.
Terima kasih untuk masa-masa indah yang kau ciptakan dalam hidupku. Maaf untuk setiap luka yang pernah kugoreskan pada hatimu tanpa ku ketahui selama kita bersama.
Kini aku akan pergi dengan tersenyum, karena mencintaimu tak pernah salah.  Sampai kapanpun, Tak ada yang bisa mengubahnya. Bahkan hingga langit runtuh sekalipun.

Terima kasih dan maaf, Aku pergi!



Kupang-Belakang on the rock, 19 Desember 2019

Post a Comment

2 Comments

Mata Sami' said…
😢😢
Jangn pergi bat..😢
Mata Sami' said…
Kenapa harus pergi bat.😢